aku tak pernah tahu. bahkan tak juga menduga. akan seraut wajah seperti apa dirimu setelah dalam guncangan yang kau saksikan di jalanan bahkan mengobar di ujung matamu. mungkin ini yang kau namakan merayakan hidup. tanpa internet tanpa telepon seluler tanpa sms. dengan lautan gelisah. mungkin banyak puisi baru di antara rakyat yang memberang. tragedi sejarah terangkum jelas dan akan dengan bangga kau ceritakan pada lazuardi kecilmu. tapi, cuma aku namanya yang mesti bersabar menunggu. sebab takdirku memang menunggu. entah dengan kuat debur dada atau hujan yang mendesak. merenyai sunyi.